top of page
Search
himtifpunhas

Selayang Pandang Sains ala Barat dan Timur

Melihat dari pemetaan sejarah mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dari awal mula hingga saat ini. Terdapat perbedaan yang mencolok dianatara Barat dan Timur. Barat dan Timur memiliki cara pandang yang berbeda dalam ilmu pengetahuan dengan kata lain berbeda dari segi paradigma. Sebelum kita mengungkapkan perbedaan diantara keduanya. Perlu kita pahami makna dari paradigma itu sendiri. Paradigma dapat juga diartikan sebagai cara pandang dunia. Mutaharri menjelaskan bahwa paradigma adalah bagaimana kita menafsirkan alam, sejarah, masyarakat dan manusia. Paradigma akan mempengaruhi pola pikir dan ideologi sehingga banyak pemikiran yang lahir berbeda dengan yang lainnya.

Problematika perbedaan paradigma yang lahir tidak terlepas dari epistemologinya masing-masing. Adanya sekulerisasi yang terejadi dibarat dimana memisahkan antara ilmu agama dan ilmu-ilmu lain melahirkan corak berpikir dan tindakan-tindakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tidak lagi berlandaskan nilai-nilai agama. Kehadirannya tentu memiliki pantikan sehingga sekulerisme mencuat dipermukaan. Ketegangan yang terjadi di dunia barat antara kaum ilmuwan dengan agamawan melahirkan ketidak selarasan pemikirian dalam membaca fenomena-fenomena alam. Dimana kaum agamawan yang memaksa dogma agama masuk kedalam setiap lini pengetahuan walaupun bertentangan dengan realitasnya. Era dark age itulah yang menghadirkan banyak kontroversi sehingga perkembangan ilmu di barat mengalami kemandekan. Filsafat yang berkembang pada era ini adalah filsafat skolastik. Santo Agustinus salah satu tokoh yang mencoba menggunakan prinsip-prinsip filsafat dari Plato dan Neo-Platonik untuk membenarkan dogma-dogma agama (kekristenan), kurikulum pendidikan yang mengedepankan kepentingan agama sehingga wacana filsafat yang tidak selaras dengannya atau yang menentang seperti pemikiran Aristoteles dilarang pengajarannya.

Fenomena tersebut melahirkan banyak gagasan dan aliran-aliran baru sehingga pada masa renaisans orang cenderung lebih tertarik terhadap ilmu rasional dan empiris ketimbang teologi. Dikarenakan ketimpangan yang dirasakan sehingga memisahkan ilmu dengan theologi. Dinamika perubahan pola pikir yang terjadi mengantarkan barat pada pandangan positifistik dan pragmatis. Dimana dalam pengembangan ilmu pengetahuan lebih dikedepankan perubahan dibandingkan nilai.

Auguste Comte (1798-1857) yang dijuluki sebagai ‘bapak sosiologi modern’ yang mendirikan positivisme dimana ini merupakan bentuk ekstrim dari empiris. Dimana aliran empirisnya meletakkan fondasinya melalui apa yang diperoleh dari indra. Comte menganggap ilmu-ilmu abstrak yang tidak melalui pengamatan sebagai konsep metafisis dan tak ilmiah. Namun Comte masih mengakui agama sebagai keniscayaan bagi manusia, hanya saja ditempatkan sebagai tujuan penyembahan.

Corak filsafat barat terbagi menjadi dua kelompok umum yaitu rasionalisme dan empirisme. Contoh nyata dari kedua kelompok ini yaitu idealisme Hegel dan positivisme. Dimana pendukung mazhab positivisme yaitu Ludwig Wittgenstein (1889-1951, Rudolf Carnap (1891-1970), dan Bertrand Russell (1872-1970). Perbedaan mencolok diantara keduanya dimana kebanyakan filsuf rasional beriman atau masih mengakui agama sedangkan filsuf empiris kebanyakan menentah itu. Sepanjang sejarah filsafat barat yang mengalami kekacauan dan porak-parik mereka tidak mampu menata garis lurus konsistensi pemikiran filosofis. Namun dapat ditarik bahwa pemikiran barat lebih berlandas pada rasionalisme dan empirisme. Walaupun demikian tidak dipungkiri bahwa barat banyak menyumbang kemajuan peradaban dibidang ilmu-ilmu teknikalisme atau teknologi- teknologi yang dipakai sekarang adalah hasil dari buah kerja dari barat.

Penerapan sekulerisme di Barat bertolak belakang dengan Timur. Justru sekulerisme di dunia Islam menjadi penyebab kemunduran sains atau ilmu. Kultur yang terbangun didunia Islam tidak sesuai dengan sekulerisme, sebab dalam sejarah khususnya pada masa Abbasiyah agama justru menjadi pendorong perkembangan sains. Sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dalam tubuh Timur terdapat dua golongan atau kelompok yang memandang kebenaran sains, yaitu peripatetic dan iluminati. Dimana pendukung peripatetic ialah Ibnu Sina dengan pemikirannya dia menjelaskan untuk mencapai kebenara atau memahami sesuatu cukup dengan argumentasi rasional saja. Sedangkan iluminati dalam gerak-geraknya untuk mencapai suatu kebenaran perlu dilakukan penyucian jiwa. Suhrawardi merupakan salah satu pemdukung kelompok illuminati. Dimana gerak-gerak ilmu pengetahuan di Timur dejauh ini sejalan dan saling membersamai. Namun memang dari segi metodologis berbeda.

Al-Kindi merupakan filsuf timur yang mencoba menggabungkan antara filsafat dan agama. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang benar dan tidak seharusnya bertentangan dengan al-qur’an yang membawa argument-argumen yang benar dan meyakinkan.al-Kindi juga mengungkapkan filsafat yang paling tinga adalah tentang ke Tuhanan. Dengan demikian jelas keterkaitan antara filsafat dan agama di timur dan tidak saling bertentangan. Pengingkaran terhadap hasil dari filsafat karena adanya hal-hal yang bertentangan bagi sebagian orang mengenai apa yang telah mutlak di al-qur’an. Al-Kindi menanggapi bahwa hal tersebut tidak menjadi alasan untuk menolak filsafat. karena perangkat-perangkat filsafat yang masih butuh pengembangan lebih lanjut. Makanya dapat dilakukan takwil untuk membendung hal tersebut.

Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar menguasai banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara holistik. Ibnu Sina banyak belajar dari buku yang ditulis al-Farabi (Tahqiq Ghard Aristu Fi Kitab ma Ba’da al- Thabi’ah) untuk memahami maksud dan tajuan dari metafisika Aristoteles. Al-Farabi berusaha untu memadukan beberapa aliran filsafat dan agama. Dia juga dikenal dengan filsuf sinkretisme yang percaya akan kesatuan dari filsafat. Kematangan pemikiran yang dimilikinya membawa pada interpretasi mengenai aliran Aristotelian dan platonian secara esensi sama-sama mengakui adanya idea-idea pada zat Tuhan. Kalupun ada perbedaan itu tidak lebih dari tiga hal, yaitu definisi tentang filsafat, menganggap adanya perbedaan dasar-dasar filsafat di keduanya, dan pengetahuan tentang adanya perbedaan tidak benar.

Ciri khas Timur yang sangat melekatkan nilai dalam lini kehidupan dan pengetahuan. Ilmu harus memiliki asas manfaat bukan hanya sekedar memiliki perubahan namun bebas akan nilai. Berbeda dengan Barat yang dmana ujung dari sains versi mereka itu bebas nilai. Dimana sains ala barat itu memisahkan antara sains dengan agama. Sedangkan Timur bebas syarat nilai, timur menerima segala perubahan dan perkembangan yang ada asalkan berlandas pada nilai-nilai agama.

1 view0 comments

Recent Posts

See All

Commentaires


bottom of page