Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “didik” yang diberi imbuhan pen -an. Didik menurut KBBI berarti pelihara dan latih. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat John Dewey yang menginterpretasikan pendidikan sebagai suatu bentuk proses, dimana masyarakat berusaha mengenal dirinya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu proses agar masyarakat menjadi survive untuk menjadi kekal dan abadi. Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam pembangunan masyarakat sebagaimana dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia yang memiliki tujuan anatara lain mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk individu, memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berkembang dalam kehidupan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan fenomena pendidikan teralienasi yang mengganggu tujuan inti pendidikan itu sendiri. Pendidikan teralienasi merujuk pada situasi di mana pendidikan kehilangan hubungan dengan kebutuhan dan realitas kehidupan individu serta masyarakat secara lebih luas. Dalam essay ini, kita akan mengeksplorasi akar permasalahan, akibat yang ditimbulkan, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pendidikan teralienasi.
Pendidikan teralienasi muncul dari berbagai faktor yang saling terkait. Pertama, kurikulum pendidikan sering kali terlalu teoritis dan jauh dari aplikasi praktis di dunia nyata. Proses belajar-mengajar lebih fokus pada pengetahuan akademis daripada pada penerapan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi dan kehilangan minat dalam belajar. E.R. Hilgard mendefenisikan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas yang awal atau selesai melakukan pelatihan (pengaplikasian teori yang di turunkan) sehingga dapat dibedakan perubahan yang terjadi karena faktor yang bukan diakibatkan oleh adanya pelatihan. Pendidikan apabila hanya berupa teori akan menjadikan pengetahuan menjadi hal hal doktrin.
Pendidikan dalam hal ini belajar menurut Bloom dan Krath Wohl lebih rinci akan membawa pada tiga aspek perubahan yaitu:
1 Kognitif, pada wilayah kognitif terdiri dari beberapa aspek yaitu pengetahuan (mengingat, menghafal), pemahaman (menginterpretasikan), aplikasi (menggunakan konsep, memecahkan masalah), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan nilai, metode, ide dll), evaluasi (membagikan nilai, ide, metode, dll)
2 Afektif, pada wilayah afektif terdiri dari 5 angkatan yaitu pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), merespon (aktif berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai nilai), pengorganisasian (menghubungkan nilai nilai yang dipercayai) dan pengamalan (menjadikan nilai nilai sebagai bagian dari pola hidup).
3 Psikomotorik, psikomotorik menurut bloom terdiri dari 5 tingkatan juga yaitu peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) dan naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Ketiga aspek dari teori Bloom mengaminkan pembelajaran yang efektif tidak hanya pada rana kognitif atau pengetahuan teoritik peserta didik. Peserta didik harus menyeimbangkan ketiga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom dalam teorinya mengikut sertakan unsur jiwa sebagai unsur penting dalam rana pendidikan.
Kedua, pendidikan teralienasi juga berkaitan dengan pendekatan yang terlalu seragam dalam mengajar. Setiap individu memiliki keunikan, minat, dan bakat yang berbeda, tetapi sistem pendidikan yang terlalu standar tidak memberikan ruang bagi keberagaman tersebut. Hal ini menyebabkan beberapa siswa merasa tidak relevan dengan apa yang mereka pelajari dan akhirnya kehilangan minat dalam proses belajar.
Pendidikan teralienasi berdampak negatif pada individu, masyarakat, dan pembangunan negara secara keseluruhan. Individu yang mengalami pendidikan teralienasi seringkali memiliki kecenderungan untuk menjadi pasif, kurang kreatif, dan tidak memiliki motivasi intrinsik untuk belajar. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam menghubungkan pengetahuan yang mereka peroleh dengan dunia nyata, sehingga sulit bagi mereka untuk menghadapi tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan teralienasi juga mempengaruhi masyarakat secara luas. Ketika individu tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dalam kehidupan sosial, mereka cenderung menjadi pengamat pasif dalam masyarakat. Ini mengurangi partisipasi aktif dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik, sehingga menghambat kemajuan masyarakat itu sendiri.
Untuk mengatasi pendidikan teralienasi, perlu dilakukan perubahan dalam sistem pendidikan yang ada. Pertama, penting untuk merevisi kurikulum agar lebih relevan dan berfokus pada penerapan praktis. Melibatkan siswa dalam pembelajaran yang aktif dan kreatif, dengan memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman langsung, dapat membantu mereka mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dalam pendidikan. Guru harus memahami perbedaan individual siswa dan mampu mengidentifikasi minat dan bakat mereka. Dengan memberikan ruang bagi keberagaman, setiap siswa dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Selain itu, penting untuk memperkuat hubungan antara pendidikan dan dunia kerja. Sekolah dan perguruan tinggi harus menjalin kemitraan dengan perusahaan dan industri setempat untuk menyelenggarakan program magang dan praktik kerja. Hal ini akan memberikan siswa pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dunia kerja dan membantu mereka mengembangkan keterampilan yang relevan. Terakhir, pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama. Melibatkan orang tua, komunitas lokal, dan organisasi non-pemerintah dalam mendukung pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat nilai-nilai pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan teralienasi merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam sistem pendidikan pada saat ini. Untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini, disarankan adanya perubahan dalam kurikulum, pendekatan pengajaran, dan hubungan antara pendidikan serta dunia kerja yang perlu dilakukan. Dengan menghasilkan pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan terhubung dengan realitas kehidupan, maka kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang memberdayakan individu dan mendorong kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Kommentare