top of page
Search
himtifpunhas

Manusia Bertikai, Semesta Tertawa

Indonesia merupakan Negara yang penuh keragaman, ada berbagai macam budaya, ras, suku bangsa, agama dan bahasa daerah. Kekayaan keragaman tersebut adalah aset yang sangat berharga di Negara ini, dalam ekologi bahwa tingginya nilai keragaman akan membuat ekosistem semakin seimbang. Keseimbangan tersebut dapat berlaku pula pada kondisi masyarakat yang beragam. Akhir-akhir ini di tengah zaman modernisasi, seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia mulai terpaku dengan globalisasi. Globalisasi dianggap sebagai suatu cara menuju tatanan dunia baru, prinsip globalisasi ialah bagaimana menghomogenkan atau menyamakan standar kehidupan manusia, sehingga apa yang terlihat berbeda akan disamakan. Sikap individualis dan lahirnya kompetisi diantara individu atau kelompok-kelompok masyarakat sehingga memunculkan fanatisme. Fanatisme adalah suatu keyakinan atau pandangan tentang sesuatu, yang positif atau negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Keadaan ini jelas bahwa sangat memprihatinkan kondisi masyarakat Indonesia. Sadar atau tidak kondisi tersebut akan mengeser nilai–nilai keragaman yang sudah tertanam sebagai identitas masyarakat.



Untuk menjaga stabilitas keragaman demi terciptanya masyarakat yang seimbang, perlu ada sikap yang jelas dan tegas dalam praktek kehidupan sehari-hari. Perlu ada yang menjaga nilai-nilai keberagaman tersebut. Membiarkan atau membolehkan keberagaman itu tetap berlangsung selama tidak ada nilai yang tercederai dalam bermasyarakat, menghargai satu sama lain serta menjadikan perbedaan menjadi suatu hal yang lumrah tanpa ada paksaan dan muncul sebagai hal yang alami.


Penerimaan atas keberagaman tersebut dapat dipertegas dengan sikap toleransi yang dimiliki setiap individu. Jika ditinjau dari defenisinya, secara istilah, menurut Umar Hasyim toleransi adalah kebebasan yang diberikan oleh sesama manusia atau kepada warga masyarakat untuk menjalankan atau mengatur hidupnya, selama tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat terciptanya ketertiban dan kedamaian dalam bermasyarakat. Toleransi berasal dari bahasa latin, yaitu tolerantia berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Dari definisi ini jika terpahami dengan baik beserta praktek-prakteknya dalam masyarakat, keberagaman akan menjadi keharmonisan di Negara demokrasi ini. Selain menggali secara teoritis tentang makna toleransi, untuk memahaminya dapat dengan contoh-contoh yang diperagakan oleh lingkungan hidup kita. Dari beberapa kajian tentang lingkungan hidup bahwa secara alami lingkungan membentuk sebuah siklus kemudian berkembang sebagaimana adanya dan terjadi sebuah proses kehidupan dimana setiap organisme kehidupan menyerap energi dan materi kemudian mengeluarkan sisa-sisa sebagai produknya. Sisa-sisa ini diserap organisme yang lain sebagai sumber energi dan materi sambil juga mengeluarkan sisa-sisa bagi pihak lain.


Keberagaman masyarakat itu diharapakan dapat berlangsung seperti siklus kehidupan tersebut yang saling menutupi dan saling melengkapi pihak yang satu dengan yang lainnya. Kondisi tersebut merupakan salah satu bentuk toleransi yang diperagakan alam semesta ini. Namun uniknya, ditengah kampanye tentang pengembalian tatanan kehidupan ke alam sejak awal masyarakat adat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia telah memperaktikkan kedalam kehidupan sehari-hari. Cara pandang mengenai manusia adalah bagian integral dari alam, perilaku penuh tanggung jawab, penuh sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta, telah menjadi cara hidup masyarakat adat seluruh dunia. Upacara adat yang khas dari masyarakat adat begitu memperlakuan alam sebagai rumah mereka yang memberikan kehidupan sehingga alam akan tetap lestari, karena merusak alam sama halnya merusak rumah mereka.


Sekiranya hal tesebut dapat menjadi pembelajaran buat kita sebagai mahasiswa. Mengaji tentang bagaimana alam semesta ini berproses sesuai kaidahnya ataupun kearifan lokal yang sangat bijak memperlakukan alam. Bahwa dari ilmu pengetahuan dan teknologi kembali ke alam, kembali ke kearifan tradisional, belajar toleransi dari lingkungan sebagai rangkaian kehidupan yang harmoni. Manusia memang pandai bertikai dan mungkin semesta sedang menertawakannya.





Ditulis oleh Princess Rhaenyra and White Stag.

0 views0 comments

Recent Posts

See All

コメント


bottom of page